Operasi Hitung Dasar Matematika
Pengertian Konsep Operasi Hitung
Dasar Dalam Matematika
Herman H
(1990:63) menyatakan “konsep adalah suatu ide atau gagasan yang dibentuk dengan
memandang sifat-sifat yang sama dari sekumpulan eksemplar yang cocok”. Dengan
perkataan lain, jika kita dapat menemukan lebih dari satu fakta dari suatu ide
maka kita menyebutnya sebagai suatu konsep.
Sedangkan
Mulyono Abdurrahman (2008) mengatakan bahwa “konsep menunjuk pada pemahaman
dasar. Siswa mengembangkan suatu konsep ketika mereka mampu mengklasifikasikan
atau mengelompokkan benda-benda atau ketika mereka dapat mengasosiasikan suatu
nama dengan kelompok benda tertentu”. Sebagai contoh anak mengenal konsep segi
empat sebagai suatu bidang yang dikelilingi oleh empat garis lurus. Pemahaman
anak ketika anak menghitung perkalian 4 × 10 = 40, 3 × 10 = 30, dan 12 × 10 =
120, anak memahami konsep perkalian 10, yaitu bilangan tersebut diikuti dengan
0.
Penanaman
konsep matematika pada anak yang paling mendasar adalah pemahaman tentang
operasi hitung. Untuk mengajarkan konsep operasi hitung pada anak harus
senantiasa memperhatikan tahap perkembangan berpikir anak. Pada tahap awal
konsep operasi hitung yang diajarkan adalah konsep penjumlahan untuk bilangan
natural (asli). Mengingat konsep matematika sesungguhnya bersifat abstrak,
namun tahap berpikir anak untuk usia Sekolah Menengah Pertama biasanya masih
bersifat pra-abstrak, maka guru atau orang tua harus berupaya untuk
mengkonkretkan konsep yang abstrak tersebut agar anak tidak merasa kesulitan.
Konsep-konsep
Operasi Hitung Dasar adalah konsep yang mendasari operasi hitung dasar yang
meliputi penjumlahan (penambahan), pengurangan, perkalian dan pembagian
(Ruseffendi, dalam Romi, 2010:17). Belajar konsep merupakan unsur penting dalam
belajar di sekolah, khususnya dalam matematika. Penguasaan terhadap banyak
konsep, memungkinkan seseorang dapat memecahkan masalah dengan lebih baik sebab
untuk memecah masalah perlu aturan-aturan, dan aturan-aturan tersebut didasarkan
pada konsep-konsep yang dimiliki.
Pengetahuan Matematika
Dalam
pendidikan matematika terdapat dua macam pengetahuan matematika, yaitu
pengetahuan konsep dan pengetahuan prosedur. Pengetauan konsep adalah
pengetahuan yang berisi banyak hubungan atau jaringan ide. Atau
dapat juga diartikan pengetahuan konsep adalah sebuah kumpulan titik yang
menyatu dan hubungan-hubungan diantaranya. Pengetahuan konsep lebih dari
sekedar ide tunggal. Sebagaimana Hibert dan Carpenter secara ringkas
menyatakan, pengetahuan konsep adalah “pengetahuan yang dipahami.” (Van De
Welle, 2006:29)
Pengetahuan
prosedur tentang matematika adalah pengetahuan tentang aturan atau cara yang
digunakan untuk menyelesaikan tugas-tugas matematika. Pengetahuan prosedur
mencakup pengetahuan tentang langkah demi langkah melakukan tugas seperti 3 +
5, 6-1, 4 x 7, 10 : 2. Sebagai contoh.” Untuk menjumlahkan dua bilangan dengan
tiga digit, pertama tambahkan bilangan-bilangan pada digit paling
kanan. Jika hasilnya 10 atau lebih letakkan 1 di atas kolom kedua dan tulis
digit yang lain dibawah kolom paling kanan. Lakukan secara serupa untuk
dua kolom berikutnya secara berurutan. Kita dapat menyatakan bahwa
seseorang yang dapat menyelesaikan tugas seperti ini telah mempunyai
pengetahuan prosedur tersebut. Pengetahuan tentang symbol seperti
(9-5) x 3 = 12, ≠, ≥, ±, dan lainnya juga merupakan bagian dari pengetahuan
prosedur tentang matematika.
Pengetahuan
prosedur tentang matematika mempunyai peran yang sangat penting baik dalam
belajar maupun mengerjakan matematika. Prosedur yang berupa algoritma membantu
kita mengerjakan tugas rutin dengan mudah dan dengan demikian memberi kebebasan
kepada otak untuk berkonsentrasi pada tugas-tugas yang lebih penting.
Penggunaan symbol merupakan cara yang berguna untuk menyampaikan ide-ide
matematika kepada orang lain. Namun keterampilan dalam penggunaan prosedur tidak
akan membantu mengembangkan pengetahuan konsep yang terkait dengan prosedur
tersebut. Misalnya, mengerjakan pembagian panjang yang tidak berakhir tidak
akan membantu anak memahami apa arti pembagian. Kenyataannya, anak-anak yang
terampil denganprosedur tertentu tidak dapat memberikan arti tentang prosedur
tersebut.
Dari sisi
keuntungan belajar matematika, pertanyaan tentang bagaimana perosedur dan
konsep dapat dikaitkan jauh lebih penting dari pada kegunaan prosedur itu
sendiri. Pada umumnya bahwa aturan bersifat prosedural seharusnya jangan
diajarkan tanpa disertai konsep, meskipun pada kenyataannya sangat sering
dilakukan. Prosedur-prosedur tahap dasar konsep ini hanyalah merupakan aturan
tanpa alasan yang akan membawa kepada kesalahan dan ketidaksukaan terhadap
matematika. Semua prosedur matematika dapat dan harus dikaitkan dengan ide-ide
konseptual yang menjelaskan mengapa prosedur tersebut berlaku.
Operasi Hitung Dasar
Operasi
hitung dasar dalam matematika dapat dibedakan menjadi empat operasi hitung
dasar yaitu: (1) Penjumlahan, yaitu operasi hitung untuk memperoleh dua
bilangan bulat atau lebih; (2) Pengurangan, yaitu operasi hitung untuk
memperoleh selisih dari dua bilangan atau lebih; (3) Perkalian, yaitu
penjumlahan berulang dengan penjumlahan tetap; dan (4) Pembagian, yaitu
pengurangan berulang dengan pengurangan tetap, selanjutnya bentuk operasi kali
yang berulang adalah operasi pangkat. Sedangkan operasi akar dan operasi
logaritma masing-masing sebagai lawan dari operasi pangkat dan operasi pangkat
khusus
Gambar 2.1 Hubungan operasi-operasi hitung (Wahyudin
& Sudrajat, 2003 :35)
Setelah konsep penjumlahan bilangan asli dikuasai anak
dengan mantap, kemudian dilanjutkan dengan penanaman konsep pengurangan. Karena
sifat pengurangan yang berkebalikan dengan operasi penjumlahan, maka syarat
penguasaan operasi penjumlahan menjadi mutlak untuk anak. Sebaiknya anak-anak
yang belum menguasai penjumlahan dengan mantap, perlu mendapat perhatian khusus
dari guru baik dengan cara pembimbingan secara individual maupun meminta
bantuan orang tua.
Operasi hitung berikutnya adalah perkalian. Perkalian
sebagai penjumlahan berganda, memerlukan tahap berpikir yang lebih kompleks
pada diri anak. Oleh karena itu jika anak tampak belum siap memulai materi
perkalian sebaiknya diingatkan kembali tentang operasi penjumlahan. Setelah
operasi perkalian dapat dikuasai dengan baik, selanjutnya adalah operasi
pembagian.
Menurut Wahyudin & Sudrajat, (2003 :37) Operasi
pembagian merupakan kebalikan dari operasi perkalian. Oleh karena itu
penguasaan operasi perkalian menjadi mutlak agar dapat menguasai operasi
pembagian.
Operasi Penjumlahan (Tambah)
Operasi
penjumlahan (tambah) adalah dasar dari operasi hitung pada sistem bilangan.
Operasi penjumlahan selalu kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Pembicaraan sehari-hari kita menggunakan “penjumlahan” untuk banyak tindakan
yang berbeda. Sebagai contoh “penjumlahan sejumlah telur”. Disini kita butuh
membedakan antara cara mengkombinasikan dua himpunan, dimana kita bisa menyebutnya
sebagai kesatuan; dan cara
mengkombinasikan dua bilangan, dimana kita boleh menyebutnya sebagai penjumlahan. Jadi penjumlahan dua
bilangan, misalkan 5 dan 7, dapat disamakan dengan mengambil sembarang himpunan
yang jumlahnya adalah 5 dan sembarang himpunan yang jumlahnya 7. Kesatuan ini digambarkan sebagai
satu himpunan dan didapatkan jumlah dari himpunan baru ini.
Sedangkan
menurut Van De Walle (2006:155), jika beberapa bagian dari suatu himpunan sudah
diketahui, penjumlahan digunakan untuk menyebut jumlah keseluruhan dari
bagian-bagian tersebut. Definisi dari penjumlahan yang cukup sederhana bisa
digunakan baik untuk situasi yang memerlukan aksi (penggabungan dan pemisahan)
dan situasi statis yang tidak memerlukan adanya aksi.
Lambang
“+” adalah lambang untuk operasi penjumlahan atau pertambahan, sehingga
kalimat matematika seperti jumlah delapan dan lima sama dengan 13 ditulis
secara symbol atau model matematika adalah “8 + 5 = 13.” Tanda + mulai dipakai
pada abad ke-15 untuk menandai “karung padi-padian atau gamdum yang melebihi
berat yang ditentukan sebelumnya”. (Wahyudin & Sudrajat, 2003 :36)
Terdapat
beberapa sifat penting dari operasi penjumlahan yang berlaku pada himpunan
bilangan real. Sifat-sifat itu diantaranya sebagai berikut:
1.
Himpunan
semua bilangan real tertutup operasi
penjumlahan, yaitu untuk setiap real a dan b, maka a + b merupakan bilangan
real.
2.
Operasi
penjumlahan bersifat asosiatif,
yaitu untuk setiap bilangan real a dan b berlaku :
a + b = b + a
misalnya 2 +
3 = 3 + 2
3.
Operasi
penjumlahan bersifat asosiatif ,
yaitu untuk setiap bilangna real a, b, dan c berlaku
a + (b + c) = (a + b) + c
misalnya: 2
+ (3 + 4) =(2 + 3) + 4 = 9
4.
Operasi
penjumlahan pada himpunan semua bilangna real memiliki unsur identitas, yaitu 0, karena untuk
setiap bilangan real a berlaku
a + 0 = 0 + a = a
5.
Setiap
bilangan real a memiliki lawan terhadap operasi penjumlahan, yaitu (-a)
karena a + (-a) = (-a) + a = 0
Operasi Pengurangan
Menurut Van De Walle (2006:155),
jika salah satu bagiannya dan totalnya sudah diketahui, maka pengurangan akan
menghasilkan bagian yang satunya. Definisi ini sesuai dengan istilah
“mengambil” yang sudah terlalu sering digunakan. Jika Anda memulai dengan total
adalah 8, dan menghilangkan sejumlah 3, dua himpunan yang Anda ketahui
adalah 8 dan 3. Ekspresi 8-3 dibaca “delapan minus tiga” akan menghasilkan lima
sisanya. Oleh karena itu delapan minus tiga adalah lima.
Wahyudin (2003:36) mengatakan bahwa
operasi pengurangan adalah lawan (invers) dari operasi tambah, misalnya “ 6
dikurangi dengan 5” sama artinya dengan “ 6 ditambah dengan lawan 5”, sehingga
6 – 5 = 6 + (-5) = 1
Contoh lain:
1.
8 – 3 = 8 +
(-3)
2.
– 2 – 7 = -2
+ (-7)
Jadi, untuk
tiap bilangan a dan b berlaku a – b = a + (-b) , yaitu mengurangi dengan sebuah
bilangan sama dengan menambahkan dengan lawan dari bilangan itu
Operasi Perkalian
Perkalian adalah penjumlahan berulang.
(Van De Welle, 2003: 35) maksudnya adalah 3 x 5 sama artinya dengan 5 + 5 + 5
atau ditulis 3 x 5 =5 + 5 + 5
Perkalian pada bilangan asli memiliki tiga sifat,
yaitu komutatif, asosiatif dan distribusi penjumlahan. Jika a,b,n suatu bilangan maka akan berlaku:
1.
a x b =b x
a
(komutatif)
2.
(a x b) x c
=a x (b x
c)
(asosiatif)
3.
a x 1 = 1 x
a =
a
(identitas perkalian)
4.
n x (a + b)
=(n x a) + (n x b)
(distribusi penjumlahan)
Operasi Pembagian
Pembagian
didefinisikan sebagai berikut: a : b = c artinya
adalah ada sekumpulan benda sebanyak a dibagi rata (sama banyak) dalam b
kelompok. Maka cara membaginya dilakukan dengan pengambilan berulang
sebanyak b sampai habis dengan setiap kali pengambilan dibagi rata ke
semua kelompok. Banyaknya pengambilan ditunjukkan dengan hasil yang didapat
oleh masing-masing kelompok yaitu c. Hasil bagi (c) adalah
banyaknya satuan pengambilan b dalam setiap kali mengambil untuk dibagi
rata. Jika banyaknya anggota yang dimuat oleh masing-masing kelompok adalah c,
maka banyaknya pengambilan b satuan sampai habis pada kumpulan benda
sebanyak a adalah c kali. Mengapa? Sebab untuk setiap kali
pengambilan sebanyak b anggota dari kumpulan benda beranggotakan a selalu
dibagi rata pada masing-masing kelompok sebanyak b. Sehingga jika hasil
pada masing-masing anggota adalah c, maka dapat dipastikan bahwa
banyaknya satuan pengambilan b anggota sampai habis dari sekumpulan
benda sebanyak a itu adalah c kali.
Dalam
membelajarkan pembagian dasar, peserta didik diberikan pengalaman membagi,
misalnya dengan membagikan sejumlah barang kepada beberapa temannya. Dengan
memberikan pengalaman, peserta didik akan selalu mengingat konsep pembagian
tersebut di kepalanya. Selanjutnya dengan memberi banyak latihan, peserta didik
diajak untuk mengamati hubungan antara bilangan yang dibagi, pembagi, dan hasil
baginya. Setelah dicermati ternyata bilangan yang dibagi = pembagi x hasil
bagi.
Contoh:
1.
36 : 4
= 9 artinya adalah ada 9 kali pengambilan empatan sampai habis pada bilangan
36, dengan setiap kali pengambilan dibagi rata ke dalam 4 kelompok,
2.
30 : 6
= 5 artinya adalah ada 5 kali pengambilan enaman sampai habis pada bilangan 30,
dengan setiap kali pengambilan dibagi rata ke dalam 6 kelompok, dan lain-lain.
Berikut ini
cara mudah dan cepat untuk menyelesaikan beberapa soal yang berhubungan dengan
masalah Barisan dan deret Aritmatika.
Contoh soal
1:
Suatu
barisan aritmatika diketahui bahwa suku ke-4 adalah 50 dan suku ke-7 adalah 80.
Berapakah jumlah 12 suku pertama dari deret aritmatika tersebut?
Jawab:
CARA BIASA
Un = a + (n
- 1)b
U4 = a + (4
- 1)b = a + 3b = 50
U7 = a + (7
- 1)b = a + 6b = 80 -
- 3b = -30
b = -30/-3
b = 10
a + 3b = 50
a +3.10 = 50
a + 30 = 50
a = 50 - 30
a = 20
Sn = n/2(2a
+ (n - 1)b)
S12 =
12/2(2.20 + (12 - 1)10)
S12 = 6(40 +
11.10)
S12 = 6(40 +
110)
S12 = 6.150
S12 = 900
CARA CEPAT
b = (U7 -
U4) / (7 - 4)
b = (80 -
50) / 3
b = 30 / 3
b = 10
S12 = 12/2( U4 + U7
+ 2b)
S12 = 6(50 +
80 + 2.10)
S12 = 5(50 +
80 + 20)
S12 = 5.150
S12 = 900
Ket : Yang
menjadi perhatian di sini 4 + 7 + 2 = 12 + 1.
Contoh Soal
2:
Dari barisan
aritmetika diketahui suku ke-7 = 22 dan suku ke-11 = 34. Jumlah 18 suku pertama
adalah ....
A. 531
B. 666
C. 1062
D. 1332
(UN SMP 2012 Paket A13)
Jawab:
CARA CEPAT
b = (U11 -
U7)/(11 -7)
b = (34
-22)/4
b = 12/4
b = 3
S18 =
18/2(U11 + U7 + b)
S18 = 9(34 +
22 + 3)
S18 = 9(59)
S18 = 531
Read more: http://nurhamim86.blogspot.com/2013/02/cara-cepat-menyelesaikan-soal-barisan.html#ixzz2U8Ekl8Kx
1 4 15 2 5 14 3 6 13 … … …
A. 4 7 12
B. 5 8 13
C. 4 8 12
D. 4 7 11
E. 5 6 13
PEMBAHASAN :
u1
= 1
u4
= 1 + 1 = 2
u7
= 2 + 1 = 3
u10
= 3 + 1 = 4
u2 = 4
u5 = 4 + 1
= 5
u8 = 5 + 1
= 6
u11 = 6 + 1
= 7
u3 = 15
u6 = 15 – 1
= 14
u9 = 14 – 1
= 13
u12 = 13 – 1
= 12
JAWABAN : A
8 7 7 6 8 8 4 9 9 … … …
A. 3 11 11
B. 2 10 10
C. 2 10 11
D. 2 11 10
E. 3 11 10
PEMBAHASAN :
u1
= 8
u4
= 8 – 2 = 6
u7
= 6 – 2 = 4
u10
= 4 – 2 = 2
u2 = 7
u5 = 7 + 1
= 8
u8 = 8 + 1
= 9
u11 = 9 + 1
= 10
u3 = 7
u6 = 7 + 1
= 8
u9 = 8 + 1
= 9
u12 = 9 + 1
= 10
JAWABAN : B
3 3 6 9 15 24 … …
A. 33 55
B. 31 51
C. 36 73
D. 39 63
E. 42 71
PEMBAHASAN :
u1
= 3
u3
= 3 + u2 = 6
u5
= 6 + u4 = 15
u7
= 15 + u6 = 39
u2 = 3
u4 = 3 + u3 = 9
u6 = 9 + u5 = 24
u8 = 24 + u7 = 63
JAWABAN : D
1 4 9 16 25 …
A. 31
B. 36
C. 38
D. 42
E. 44
PEMBAHASAN :
u1
= 12 = 1
u2
= 22 = 4
u3
= 32 = 9
u4
= 42 = 16
u5
= 52 = 25
u6
= 62 = 36
JAWABAN : B
16 12 15 13 14 …
A. 12
B. 14
C. 13
D. 15
E. 17
PEMBAHASAN :
u2
= 12
u4
= 12 + 1 = 13
u6
= 13 + 1 = 14
u8
= 14 + 1 = 15
JAWABAN : D
18 10 20 … … 16 32 24
A. 8 dan 16
B. 9 dan 3
C. 12 dan 24
D. 32 dan 24
E. 28 dan 24
PEMBAHASAN :
u1
= 18
u3
= 18 + 2 = 20
u5
= 20 + 4 = 24
u7
= 24 + 8 = 32
u8 = 24
u6 = 24 – 8
= 16
u4 = 16 – 4
= 12
u2 = 12 – 2
= 10
JAWABAN : C
52 53 56 61 68 77 …
A. 85
B. 87
C. 88
D. 91
E. 93
PEMBAHASAN :
u1
= 52
u2
= 52 + 1 = 53
u3
= 53 + 3 = 56
u4
= 56 + 5 = 61
u5
= 61 + 7 = 68
u6
= 68 + 9 = 77
u7
= 77 + 11 = 88
JAWABAN : C
5 6 7 5 6 7 8 5 6 7 8 9 … …
A. 5 – 6
B. 7 – 6
C. 9 – 10
D. 12 – 9
E. 10 – 9
PEMBAHASAN :
u1
= u4 = u8 = u13 = 5
u2 = 6
u3 = 7
u5 = 6
u6 = 7
u7 = 8
u9 = 6
u10 = 7
u11 = 8
u12 = 9
u14 = 6
JAWABAN : A
11 99 77 12 100 78 13 … …
A. 79 – 101
B. 78 – 100
C. 100
– 78
D. 101 – 79
E. 77 – 101
PEMBAHASAN :
u2
= 99
u5
= 99 + 1 = 100
u8
= 100 + 1 = 101
u3 = 77
u6 = 77 + 1
= 78
u9 = 78 + 1
= 79
JAWABAN : D
1 2 4 8 16 … …
A. 8 – 2
B. 8 – 4
C. 24
– 32
D. 32 – 66
E. 32 – 64
PEMBAHASAN :
u1
= 1
u2
= 1 x 2 = 2
u3
= 2 x 2 = 4
u4
= 4 x 2 = 8
u5
= 8 x 2 = 16
u6
= 16 x 2 = 32
u7
= 32 x 2 = 64
JAWABAN : E
5 7 10 12 15 …
A. 13
B. 14
C. 15
D. 16
E. 17
PEMBAHASAN :
u1
= 5
u2
= 5 + 2 = 7
u3
= 7 + 3 = 10
u4
= 10 + 2 = 12
u5
= 12 + 3 = 15
u6
= 15 + 2 = 17
JAWABAN : E
99 94 96 91 93 88 90 …
A. 79
B. 85
C. 90
D. 91
E. 93
PEMBAHASAN :
u2
= 94
u4
= 94 – 3 = 91
u6
= 91 – 3 = 88
u8
= 88 – 3 = 85
JAWABAN : B
9 9 9 6 9 3 … …
A. 11 dan 11
B. 10 dan 9
C. 9 dan 0
D. 0 dan 9
E. 1 dan 0
PEMBAHASAN :
u1
= u3 = u5 = u7 = 9
u2 = 9
u4 = 9 – 3
= 6
u6 = 6 – 3
= 3
u8 = 3 – 3
= 0
JAWABAN : C
11 19 27 9 17 25 7 …. …
A. 15, 22
B. 23, 15
C. 22, 15
D. 15, 23
E. 26, 23
PEMBAHASAN :
u2
= 19
u5
= 19 – 2 = 17
u8
= 17 – 2 = 15
u3 = 27
u6 = 27 – 2
= 25
u9 = 25 – 2
= 23
JAWABAN : D
1 4 8 11 15 ….
A. 18
B. 16
C. 17
D. 19
E. 20
PEMBAHASAN :
u1
= 1
u2
= 1 + 3 = 4
u3
= 4 + 4 = 8
u4
= 8 + 3 = 11
u5
= 11 + 4 = 15
u6
= 15 + 3 = 18
JAWABAN : A
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Selamat Memberi Tanggapan