BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG MASALAH
Dewasa ini, pendidikan telah menjadi kebutuhan masyarakat yang
semakin hari semakin terasa arti pentingnya. Namun cukup banyak permasalahan
yang dihadapi dalam peruses pemenuhan akan pendidikan, salah satu permasalahan
yang mendasar yang terjadi di dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah
kualitas pendidikan. Salah satu indicator untuk melihat kualitas pendidikan
adalah hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
Hasil belajar siswa Sekolah Menengah Pertama ( SMP ) kelas VII
di SMP 2 modoinding masih tergolong rendah, dengan nilai rata-rata 65. Apalagi
dalam pelajaran IPA khususnya pada materi Fisika,yang pemahamannya membutuhkan daya berpikir yang tinggi.
Faktor ini menjadi salah satu penyebab rendahnya hasil belajar
siswa, namun ada faktor lain yang juga mempengaruhi keberhasilan siswa antara
lain motivasi dalam diri siswa dan model pembalajaran yang digunakan guru dalam
melaksanakan pelajaran. Model pembelajaran yang cendrung menjadikan siswa
pasif, hanya melihat dan mendengarkan guru menyampaikan pelajaran dapat membuat
siswa menjadi bosan dan tidak tertarik, tidak ada motivasi dari dalam dirinya
untuk berusaha memahami apa yang diajarkan guru dan sudah pasti hal ini akan
berdampak pada hasil belajarnya.
Hal ini merupakan salah satu masalah dalam pembelajaran fisika
dan perlu dicarikan solusunya sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar
fisika siswa.
Peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran yang lebih
mengaktifkan siswa dengan harapan siswa lebih termotivasi untuk mengikuti
pelajaran. Model pembelajaran tersebut juga harus memberikan kesempatan
seluas-luasnya kepada siswa untuk mengembangkan daya pikir dan kreatifitasnya.
Memungkinkan siswa yang pintar membantu temannya yang kurang. Ternyata model
pembelajaran yang memiliki kriteria tersebut adalah model pembelajaran
kooperatif. Salah satu tipe dalam pembelajaran kooperatif yang dianggap penulis
dapat memotivasi siswa dalam peran aktif mengikuti proses belajar mengajar
adalah pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT).
Menurut Salvin(2009) Teams-Games-Tournament (TGT) atau
Pertandingan-Permainan-Tim dapat meningkatkan kekooperatifan terhadap orang
lain, meningkatkan persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung
dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan, dan keterlibatan siswa lebih
tinggi dalam belajar bersama.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untik
mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams-Games-Tournament (TGT) Terhadap Hasil
Belajar Fisika Pada Materi Gerak “.
B.
IDENTIFIKASI MASALAH
Dalam
proses pembelajaran terdapat beberapa permasalahan yang diidntifikasi sebagai
berikut :
1.
Di SMP masih tergolong
rendah hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika.
2.
Model pembelajaran yang
diterapkan oleh guru mempengaruhi hasil belajar siswa.
3.
Untuk mendapatkan hasil
belajar yang baik siswa harus sering belajar kelompok.
4.
Hasil belajar siswa materi
pada gerak tidak mencapai standar ketuntasan.
5.
Kurangnya kerjasama antara
siswa menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa.
C.
BATASAN MASALAH
Berdasarkan
masalah-masalah di atas maka peneliti membatasi masalah dalam penelitian ini,
yaitu dibatasi pada : penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Teams-Games-Tournament (TGT) pada materi gerak di kelas VII.
D.
RUMUSAN MASALAH
Yang
menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah ada pengaruh
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team-Games-Tournament (TGT)
terhadap hasil belajar fisika materi gerak di kelas VII.
E.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar fisika
yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Teams-Games-Tournament (TGT) dengan siswa yang diajarkan tanpa mengunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT) pada materi gerak di
kelas VII.
F.
MANFAAT PENELITIAN
1.
Bagi peneliti : Peneliti mendapatkan
pengalaman langsung dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament
(TGT) dalam rangka memecahkan salah satu masalah pembelajaran fisika di SMP.
2.
Bagi siswa : Meningkatkan hasil belajar siswa dan
mengajar siswa untuk tahu dan mampu bertanggungjawab dengan apa yang
dikerjakannya.
3.
Bagi guru : dapat memperbaiki
dan meningkatkan mutu pembelajaran fisika di kelas, sehingga materi pelajaran
fisika yang dianggap sulit bagi siswa dapat dipahami lebih mudah oleh siswa.
4.
Bagi sekolah : Sebagai
masukan dalam rangka perbaikan kegiatan pembelajaran.
BAB II
KERANGKA TEORITIS
A.
KAJIAN TEORI
1.
Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Apakah model pembelajaran kooperatif itu ? Pertama kali
dikembangkan oleh Bruce dan koleganya. Istilah model pembelajaran dibedakan
dari istilah strategi pembelajaran atau prinsip pembelajaran. Model
pembelajaran kooperatif merupakan salah satu jenis model pembelajaran yang
mengutamakan kerja sama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Menurut Nur (2000), semua model pembelajaran ditandai dengan
adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan. Struktur
tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan dalam model pembelajaran
kooperatif beda dengan model pembelajaran lainnya. Tujuan model pembelajaran
kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat
menetima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan
social.
Menurut Nur (2000), prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif
adalah Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu
yang dikerjakan dalam kelompoknya, harus
mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama, harus
membagi tugas dan tanggung jawab anggota kelompoknya.
Langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif menurut ismail
(2000) adalah sebagai berikut :
-
Menyampaikan tujuan
pembelajaran dan memotivasi siswa
-
Menyajikan informasi
-
Mengorganisasikan siswa ke
dalam kelompok-kelompok belajar
-
Membimbing kelompok
belajar untuk menemukan penyelesaian suatu masalah
-
Melakukan evaluasi
-
Memberikan penghargaan.
Dalam pembelajaran
kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan tujuan agar siswa saling
berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis, saling menyampaikan pendapat
serta saling membantu yang memungkinkan siswa memperoleh hasil belajar yang
baik.
2.
Model Pembelajaran Kooperatif Teams-Games-Tournament (TGT)
a)
Pengertian
Teams-Games-Tournament (TGT) pada mulanya dikembangkan oleh
David DeVries Dan Keith Edwards, ini merupakan metode pembelajaran metode
pembelajaran pertama dari Johns Hopkins. Dalam metode ini, para siswa
dikelompokkan dalam tim belajar yang terdiri atas empat atau lima orang yang
heterogen. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka
untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran (Slavin,2008).
Selanjutnya diadakan turnamen, dimana siswa memainkan game akademik dengan
anggota tim lainnya untuk mendapatkan poin bagi timnya.
Model TGT adalah salah satu metode pembelajaran kooperatif yang
mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan
status. Siswa dapat belajar rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerja
sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar (Kiranawati, 2007).
b)
Langkah-langkah TGT
Step 1: Pengajaran, pada tahap ini guru menyampaikan materi pelajaran.
Step 2: Belajar Tim, para siswa mengerjakan lembar kegiatan siswa dalam
tim mereka untuk menguasai materi.
Step 3: Turnamen, para siswa memainkan game akademik dengan meja
turnamen.
Step 4: Rekognisi Tim, skor tim dihitung berdasarkan skor turnamen
anggota tim, dan tim tersebut akan direkognisi apabila mereka berhasil
melampaui criteria yang telah diterapkan sebelumnya.
Menurut Slavin (2009), ada 5 komponen utama TGT sebagai berikut:
a)
Penyajian Kelas
Pada awal pembelajaran guru
menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran
langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian
kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang
disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja
kelompok dan pada saat games karena skor games akan menentukan skor kelompok.
b)
Kelompok (Teams)
Guru membagi siswa dalam
kelompok-kelompok kecil yang heterogen. Dengan adanya heterogenitas anggota
kelompok diharapkan siswa dapat saling membantu antar siswa yang berkemampuan
lebih dengan siswa yang berkemampuan kurang dalam menguasai materi pelajaran.
Funsi kelompok adalah untuk lebih mendalam materi bersama teman kelompoknya dan
lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan
optimal pada saat game. Setelah selesai penyajian materi tim tersebut berkumpul
untuk mempelajari LKS, untuk menyelesaikan tugas kelompok siswa mengerjakan
secara berpasangan, kemudian saling mencocokan jawabannya atau memeriksa
ketepatan jawabannya dengan jawaban teman kelompok. Bila ada satu siswa yang
mengemukakan pertanyaan, teman sekelompoknya bertanggung jawab untuk menjawab
pertanyaan kepada guru.
c. Persiapan
Permainan/Pertandingan
Guru mempersiapkan
pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan materi, kemudian guru
mempersiapkan alat-alat untuk permainan, yaitu: kartu permainan yang dilengkapi
nomor, skor, pertanyaan, dan jawaban materi.
d. Permainan/Pertandingan
Games/tournament terdiri dari
pertanyaan-pertanyaan yang di rancang untuk menguji pengetahuan yang didapat
siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Secara bergiliran siswa
mengambil sebuah kartu dan membaca soal itu dengan kuat supaya siswa yang yang
ada dalam meja tersebut dapat mendengar. Siswa yang mendapat soal mendapatkan
kesempatan pertama untuk menjawab pertanyaan tersebut dan siswa lain yang
berada pada meja yang sama menganggap jawaban yang diberikan tadi salah, siswa
yang lain boleh memberikan jawaban yang berbeda, kemudian jawaban siswa
dicocokan dengan kunci jawaban yang telah tersedia di meja turnamen. Jawaban yang
benar akan mendapatkan skor, apabila anggota tim tidak dapat menjawab maka
dilemparkan kepada tim lain setelah siswa menyelesaikan turnamen dilakukan
penghitungan skor yang diperoleh siswa. Bagi kelompok yang mendapatkan
skor/poin tertinggi akan mendapatkan penghargaan dari guru. Turnamen merupakan
struktur bagaimana dilaksankannya permainan tersebut. Turnamen dilaksanakan
setelah guru menyelesaikan presentasi kelas / penyajian kelas dan kelompok sudah mengerjakan LKS.
Untuk memulai permainan masing-masing
siswa diundi terlebih dahulu untuk menentukan pemain pertama yang akan
mengambil sebuah kartu bernomor yang berisi pertanyaan.
Tabel 1. Perhitungan Poin Permainan Untuk Empat Pemain
Pemain Dengan
|
Poin bila jumlah kartu yang diperoleh
|
Top
scorer
|
40
|
High Middle Scorer
|
30
|
Low Middle scorer
|
20
|
Low Scorer
|
10
|
Tabel 2. Perhitungan Poin Permainan Untuk Tiga Pemain
Pemain Dengan
|
Poin bila jumlah kartu yang diperoleh
|
Top
scorer
|
60
|
Middle Scorer
|
40
|
Low Scorer
|
20
|
Dengan keterangan sebagai berikut
-
Top Scorer : skor tertinggi
-
High middle scorer : skor tinggi
-
Low middle scorer : skor rendah
-
Low scorer : skor
terendah
-
Middle scorer : skor sedang
e. Penghargaan
Kelompok
penghargaan kelompok (rewards)
berdasarkan rata-rata poin yang diperoleh oleh kelompok dari permainan. Lembar
penghargaan dicetak dalam kertas HVS, di mana penghargaan ini akan diberikan
kepada tim yang memenuhi kategori rerata poin sebagai berikut :
Tabel 3. Kriteria Penghargaan Kelompok
Kriteria (Rerata Kelompok)
|
Predikat
|
30 sampai 39
|
Tim Kurang Baik
|
40 sampai 44
|
Tim Baik
|
45 sampai 49
|
Tim Baik Sekali
|
50 ke atas
|
Tim istimewa
|
3.
Belajar Dan Hasil Belajar
a.
Belajar
Dalam
keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar meripakan kegiatan
yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknyapencapaian tujuan
pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh
siswa sebagai anak didik.
Sekarang
timbul pertanyaanapakah belajar itu sebenarnya? Samakah belajar dengan latihan,
debgan menghafal, dengan pengumpulan data, dengan studi? Tentu saja
pertanyaan-pertanyaan tersebut banyak pendapat yang mungkin satu sama lain
berbeda.
Arif
Sadiman (1986) mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang terjadi pada
semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak ia masih bayi hingga ke liang
lahat nanti. Salah satu tanda bahwa seorang telah belajar adalah adanya
perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku ini bersifat pengetahuan (kognitif),
keterampilan (Psikomotor), maupun sikap (Afektif).
Menurut
pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaiti
perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya (Nasution:2006). Perubahan-perubahan tersebut
dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku.
Pengertian
belajar dapat didefinisikan sebagai berikut: “Belajar ialah suatu proses usaha
yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
beriteraksi dengan lingkungannya.
b.
Hasil
Belajar
Hasil
belajar merupakan perubahan prilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami
aktivitas belajar. Perolehan aspek aspek perubahan prilaku tersebut tergantung
pada apa yang dipelajari oleh siswa. Oleh karena itu apabila siswa mempelajari
pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperolah adalah
berupa penguasaan konsep. Dalam pembelajaran, perubahan perilaku yang harus
dicapai oleh siswa setelah melaksanakan aktivitas belajar dirumuskan dalam
tujuan pembelajaran.
Tujuan
pembelajaran merupakan deskripsi tentang perubahan perilaku yang diinginkan
atau deskripsi produk yang menunjukan bahwa belajar telah terjadi. Perumusan
tujuan pembelajaran itu, yakni hasil belajar yang diinginkan pada diri siswa.
Tujuan pembelajaran merupakan bentuk harapan yang dikomunikasikan melalui
pernyataan dengan cara menggambarkan perubahan yang diinginkan pada diri siswa
yakni pernyataan tentang apa yang diinginkan pada diri siswa setelah
menyelesaikan pengalaman belajar (dalam Anni, 2004:5).
Tujuan
belajar merupakan komponen yang sangat penting dalam belajar, karena tujuan
menjadi pedoman bagi seluruh aktivitas belajar. Tujuan belajar harus dirumuskan
dengan jelas karena tujuan yang efektif dan efisien akan memudahkan baik guru
atau siswa untuk mencapainya. Tujuan
belajar juga dapat dipakai sebagai criteria internal bagi siswa untuk menilai
keberhasilan dalam belajar. Kegunaan tujuan belajar ialah untuk memandu guru
menciptakan kondisi belajar yang menunjang pencapaian tujuan hasil belajar itu
sendiri. Tujuan belajar yaitu membentuk guru untuk menyusun alat evaluasi yang
digunakan untuk mengetahui apakah proses belajar dan pembelajaran berhasil atau
gagal.
Hasil
belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari
dalam diri siswa itu dan faktor yang dating dari luar diri siswa atau faktor
lingkungan. Faktor yan g dating darti diri siswa terutama kemampuan yang
dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil
belajar yang dicapai. Disamping faktor kemampuan yang dimili siswa, juga ada
faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan
belajar, ketekunan, social ekonomi, fisik dan psikis.
Tujuan
pendidikan yang ingin dicapai dapat dikategorikan menjadi tiga bidang yakni
bidang kogniktif (penguasaan intelektual), bidang afaktif (berhubungan dengan
sikap dan nilai) serta bidang psikomotorik (kemampuan / keterampilan bertindak
/ berprilaku. Ketiganya tidak berdiri sendiri, tapi merupakan satu kesatuan
yang tidak terpisakan. Sebagai tujuan yang hendak dicapai, ketiganya harus
Nampak sebagai hasil belajar siswa di sekolah. Oleh sebab itu ketiga aspek
tersebut harus dipandang sebagai hasil belajar siswa, dari proses pembelajaran
(Nana Sudjana, 2002).
4.
Gerak
Suatu
benda dikatakan bergerak apabila benda itu mengalami perubahan kedudukan
terhadap titik tertentu sebagai acuan.
Pada
materi gerak akan mempelajari jarak dan perpindahan, kecepatan dan kelajuan,
percepatan, gerak lurus.
1.
Jarak dan Perpindahan
-
Jarak adalah panjang
seluruh lintasan yang dilewati. Jarak merupakan besaran skalar.
-
Perpindahan adalah selisih
kedudukan akhir dan kedudukan awal. Perpindahan termasuk besaran vektor.
2.
Kecepatan Dan Kelajuan
-
Kecepatan merupakan
perpindahan yang di tempuh setiap satuan waktu.
v= x/t
-
Kelajuan adalah jarak yang
ditempuh setiap satuan waktu.
v
=s/t
keterangan
: v= kecepatan rata-rata (m/s)
x= perpindahan (m)
s= jarak tempuh
(m)
t = waktu tempuh (s)
3.
Percepatan
Suatu benda akan mengalami percepatan apabila
benda tersebut berherak dengan kecepatan yang tidak konstan dalam waktu
tertentu. Jadi percepatan adalah kecepatan tiap satuan waktu.
a =
keterangan : a = percepatan (m/s2)
v= kecepatan (m/s)
t = waktu (s)
4.
Gerak Lurus
Menurut lintasannya gerak lurus dibagi
atas dua yaitu, gerak lurus beraturan dan gerak lurus berubah beraturan.
5.
Sintaks Pembelajaran TGT
TAHAPAN
|
KEGIATAN GURU
|
KEGIATAN SISWA
|
1.
Pembukaan
|
Memberi
salam kepada siswa
Mempersiapkan
kondisi kelas serta alat-alat yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar.
Absensi
Membangkitkan
motivasi siswa
Mengingatkan
kembali materi sebelumnya
Memulai
kegiatan pembelajaran dengan memberikan gambaran secara umum mengenai topik
yang akan dibahas
|
Semua
siswa member salam
Menyiapkan
alat tulis menulis, buku, dll.
Merespons
ketika absensi
Berespon
pada hal yang disampikan
Siswa
mendengarkan sambil berespon pada hal yang disampaikan
Berespon
pada hal yang disampaikan
|
2.
Kegiatan inti
|
Guru
membagi siswa dalam beberapa kelompok
Guru
mrmberikan penjelasan mengenai gerak
Guru
member kesempatan kepada siswa untuk diskusi bersama teman kelompok dan
menmgarjakan L:KS.
Guru
mengumpulkan LKS dan menyiapkan siswa untuk turnamen
Mengarahkan
dalam bentuk turnamen kemudian member penghargaan pada tim yang mendapatkan
skor tertinggi
|
Duduk bersama
teman kelompok
Siswa
mendengarkan dan mencatat hal-hal yang di anggap penting
Diskusi
dengan teman kelompok dan mengerjakan LKS.
Mengumpulkan
LKS dan mengatur meja untuk turnamen
Melaksanakan
turnamen dengan mengikuti arahan guru.
|
3.
Penutup
|
Guru
mengatur suasana kelas agar tenang.
Menyampaikan
rencana pembelajaran pada pertemuan berikut.
Menyiapkan
kelas untuk mengakhiri pelajaran
|
Siswa
merespons dengan menjaga ketentraman di dalam kelas
Siswa
mendengarkan
Siswa
bersiap-siap mengakhiri pelajaran.
|
B.
KERANGKA BERPIKIR
Dalam
proses pembelajaran fisika perlu memperhatikan model pembelajaran yang
digunakan. Dalam hal ini model pembelajaran sangat berpengaruh pada hasil
belajar siswa.
Model
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) merupakan model
pembelajaran yang dapat digunakan dalam meningkatkan keaktifan siswa dan
memotivasi siswa untuk berperan aktif mengikuti proses belajar mengajar yang
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Karena
alas an tersebut maka dapat dilihat bahwa hasil belajar fisika siswa yang
diajarkan dengan model pembalajaran kooperatif tipe TGT lebih tinggi dibanding
dengan siswa yang diajarkan tanpa menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe (TGT).
C.
HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis
dalam penelitian ini dirumuskan sebagai beriku : “Hasil belajar fisika siswa
yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Teams-Games-Tournament (TGT) lebih tinggi dibandingkan dengan hasil
belajar siswa yang diajarkan tanpa menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Teams-Games-Tournament (TGT) materi gerak di kelas VII.
BAB III
METEDOLOGI PENELITIAN
A. Definisi Operasional Variabel
Variable tak bebas (Y), yaitu hasil
belajar fisika materi gerak . hasil belajar yang dimaksud adalah selisih antara
skor hasil pretest dan posttest.
Variabal bebas (X), yaitu jenis
perlakuan yang diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kepada
kelas eksperimen diajar dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe
Teams-Games-Tournament (TGT), pada kelas kontrol tanpa menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT).
B.
Subyek Penelitian
Populasi : Seluruh
siswa kelas VII SMP N 2 Modoinding
Sampel : dipilih
secara acak, 1 kelas eksperimen dan 1 kelas kontrol.
C.
Rancangan penelitian
Rancangan
penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu dengan desain Nonequivalent
Control Group Design. Dalam rancangan penelitian ini terdapat dua kelompok
(kelas) objek yang ditetapkan secara random. Yaitu meliputi satu kelas
eksperimen dan satu kelas kontrol.
Tabel 1. Rancangan
Penelitian
Kelas
|
Tes Awal
(Pretest)
|
Perlakuan
(Treatment)
|
Tes Akhir
(Postest)
|
Eksperimen
|
Y1E
|
X
|
Y2E
|
Kontrol
|
Y1K
|
-
|
Y2K
|
Keterangan :
Y1E : Skor hasil
tes awal kelas eksperimen
Y1K : Skor hasil tes awal kelas
control
X : Perlakuan, yaitu
penerapan pembelajaran TGT
Y2E : Skor hasil
tes akhir kelas eksperimen
Y2K : Skor hasil tes akhir kelas
control
D.
Teknik Pengumpulan Data Dan Instrumen Penelitian
Teknik pengumpulan
data dilakukan dengan melakukan ujian (test) sesudah perlakuan (posttest) di
kelas eksperimen dan kelas control.
Instrument
penelitian ini adalah test tertulis (pretest dan posttest) untuk mendapatkan
hasil belajar fisika materi gerak yang telah di uji validitasnya.
E.
Prosedur Penelitian
- Mengkaji literature, teori dan hasil penelitian yang relevan
dengan topic penelitian.
- Menyusun dan mengembangkan serta mengimplementasikan desain
perencanaan pembelajarandan perangkat pembelajaran (Silabus, RPP, LKS,
Kisi-kisi) yang sesuai dengan materi yang dipilih.
- Menyusun dan mengembangkan serta menvalidasi instrument tes dan
melaksanakan evaluasi untuk mengukur hasil belajar.
- Menganalisis hasil penelitian
- Menyusun laporan hasil penelitia
Teknik Analisis Data
Pada analisis
inferensia, sebelum dilakukan penelitian hipotesis dengan menggunakan uji-t
terlebih dahulu di lakukan uji normalitas dan uji homogenitas varians.
Uji satistika yang
di gunakan untuk pengujian hipotesis adalah uji perbedaan dua rata-rata (uji-t)
dengan rumus sebagai berikut:
Hipotesis statistik yang di uji adalah :
H0 : µE = µK (rata-rata skor pencapaian kelas eksperimen sama dengan
H0 : µE = µK (rata-rata skor pencapaian kelas eksperimen sama dengan
rata-rata
skor pencapaian kelas kontrol)
H1: µE > µK (rata-rata
skor pencapaian kelas eksperimen lebih tinggi daripada
rata-rata
skor pencapaian kelas kontrol)
DAFTAR
PUSTAKA
Anni, Catharina Tri. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UPT UNNES
Press.
Arief, Sadiman.1986. Hakikat Belajar dan Strategi- Strategi
Pembelajaran.
Grafindo: Jakarta.
Daryanto. 2010. Belajar dan Mengajar. Bandung : Yrama Widya.
Sardiman, A.M.2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.
Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
80
Slavin, 2009. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik.
Diterjemahkan oleh
Nurlita, Y.
Bandung : Nusamedia
Sudjana, Nana. 2002. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Sinar
Baru Algensindo.
Sudjana, 2005. Metode Statistik, Tarsiro Bandung
Sugyono, 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan
R&D. Alfabeta :
Bandung
Sukino dkk. 2007. Fisika Untuk SMP Kelas VIII (KTSP Standar Isi
2006).
Erlangga. Jakarta.
Suryabrata, S. 2008. Metodologi Penelitian. Jakarta : Raja
Grafindo Persada.
tipe-teams-games-tournament-tgt/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Selamat Memberi Tanggapan